Gabungkan Alat Musik dengan Budaya Indonesia ala Batiksoul Guitar
27 March 2022 10:15 WIB Batiksoul Guitar SoloTernyata keindahan budaya Indonesia bisa terpancar dari sebuah gitar. Konsep menarik ini dikemas apik oleh Batiksoul Guitars, sebuah produk gitar akustik yang menyajikan motif batik pada gitarnya.
Melansir Merahputih.com,Pendiri Batiksoul Guitar Guruh Sabdo Nugroho mengatakan usaha dirintis sejak 2011 di Solo tersebut ingin membuat gitar butik kelas dunia berciri khas Indonesia. Ia lantas memilih Batik nan sudah menjadi trademark produk budaya Jawa mendunia pada gitar buatannya.
"Dulu saya pakai untuk mengangkat brand saja, biar eksposur ke luar lebih mengangkat jadi enggak semua gitar dibuat bermotif batik," ujar Guruh, melansir laman ANTARA, Sabtu (26/3).
Dalam proses pembuatannya semua dilakukan secara handmade, menggabungkan teknik tradisional dan teknik standar luthier (istilah untuk pembuatan gitar dunia). Guruh mengaplikasikan teknik batik tradisional pewarna alam pada media premium tonewood di instrumen gitar, khususnya gitar akustik.
"Sampai saat ini, baru Batiksoul gitar bermotif batik benar-benar motif batik bukan digambar, tapi dengan batik tulis pewarna alam," lanjutnya.
Baca Juga : Bukan Malu, Masyarakat Dunia Justru Kagum dan Belajar Budaya Indonesia
Gitar kreasinya tidak jual secara massal. Hanya dibuat satu unit dan memiliki sertifikat. Gitar dijual mulai dari harga USD 2.500 sampai USD 5.000 atau sekitar Rp 35 juta sampai Rp 70 juta untuk seri eksklusif.
Sementara seri premium mulai dari USD 1.200 sampai USD 1.600 atau sekitar Rp 17 juta sampai Rp 22 juta, dan premium gitarlele USD 750 sampai USD 1.000 atau sekitar Rp 10 juta sampai Rp 14 juta. Sedangkan untuk premium ukulele mulai dari USD 650 sampai USD 8650 atau sekitar Rp 9 juta sampai Rp 12 juta.
Produk Batiksoul Guitar sudah dipasarkan ke 20 negara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan Belanda. Deretan musisi ternama Tanah Air pernah menggunakannya gitar bermotif batik tersebut, seperti Tohpati, Franky Sihombing, Ras Muhammad, Adera, hingga Tantowi Yahya. Bahkan menjadi salah satu koleksi gitar dari Barack Obama dan Presiden Joko Widodo.
Di masa pandemi, Guruh mengatakan penjualan Batiksoul ke pasar luar negeri justru mengalami peningkatan. Di 2020-2021, permintaan gitar terus berdatangan khususnya dari musisi menerapkan sistem bekerja dari rumah. Sedangkan untuk pasar lokal justru menurun tajam karena sangat terdampak pandemi COVID-19.
Baca Juga : Kolaborasi Corak Nusantara dan Sepak Bola Lahirkan Batik Bola untuk Suporter Sejati
"Kelas gitar itu kan ada segmen-segmennya sendiri. Kalau bagi orang luar negeri mungkin enggak terasa bagi mereka karena sudah biasa dengan barang-barang seperti ini. Beda dengan target marketnya menengah ke bawah," kata Guruh.
Guruh terus berinovasi dalam segi model agar tidak menimbulkan kebosanan bagi kolektor atau pengguna. Ia juga mengaku terus mempertahankan kualitas dari gitar buatannya. Sebab, di era digital dan media sosial, kesalahan kecil bisa menjadi besar dan berdampak pada penjualan. (and)
Pradia Eggi
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Gabungkan Alat Musik dengan Budaya Indonesia ala Batiksoul Guitar
27 March 2022 10:15 WIBBatiksoul Guitar Solo
Ternyata keindahan budaya Indonesia bisa terpancar dari sebuah gitar. Konsep menarik ini dikemas apik oleh Batiksoul Guitars, sebuah produk gitar akustik yang menyajikan motif batik pada gitarnya.
Melansir Merahputih.com,Pendiri Batiksoul Guitar Guruh Sabdo Nugroho mengatakan usaha dirintis sejak 2011 di Solo tersebut ingin membuat gitar butik kelas dunia berciri khas Indonesia. Ia lantas memilih Batik nan sudah menjadi trademark produk budaya Jawa mendunia pada gitar buatannya.
"Dulu saya pakai untuk mengangkat brand saja, biar eksposur ke luar lebih mengangkat jadi enggak semua gitar dibuat bermotif batik," ujar Guruh, melansir laman ANTARA, Sabtu (26/3).
Dalam proses pembuatannya semua dilakukan secara handmade, menggabungkan teknik tradisional dan teknik standar luthier (istilah untuk pembuatan gitar dunia). Guruh mengaplikasikan teknik batik tradisional pewarna alam pada media premium tonewood di instrumen gitar, khususnya gitar akustik.
"Sampai saat ini, baru Batiksoul gitar bermotif batik benar-benar motif batik bukan digambar, tapi dengan batik tulis pewarna alam," lanjutnya.
Baca Juga : Bukan Malu, Masyarakat Dunia Justru Kagum dan Belajar Budaya Indonesia
Gitar kreasinya tidak jual secara massal. Hanya dibuat satu unit dan memiliki sertifikat. Gitar dijual mulai dari harga USD 2.500 sampai USD 5.000 atau sekitar Rp 35 juta sampai Rp 70 juta untuk seri eksklusif.
Sementara seri premium mulai dari USD 1.200 sampai USD 1.600 atau sekitar Rp 17 juta sampai Rp 22 juta, dan premium gitarlele USD 750 sampai USD 1.000 atau sekitar Rp 10 juta sampai Rp 14 juta. Sedangkan untuk premium ukulele mulai dari USD 650 sampai USD 8650 atau sekitar Rp 9 juta sampai Rp 12 juta.
Produk Batiksoul Guitar sudah dipasarkan ke 20 negara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan Belanda. Deretan musisi ternama Tanah Air pernah menggunakannya gitar bermotif batik tersebut, seperti Tohpati, Franky Sihombing, Ras Muhammad, Adera, hingga Tantowi Yahya. Bahkan menjadi salah satu koleksi gitar dari Barack Obama dan Presiden Joko Widodo.
Di masa pandemi, Guruh mengatakan penjualan Batiksoul ke pasar luar negeri justru mengalami peningkatan. Di 2020-2021, permintaan gitar terus berdatangan khususnya dari musisi menerapkan sistem bekerja dari rumah. Sedangkan untuk pasar lokal justru menurun tajam karena sangat terdampak pandemi COVID-19.
Baca Juga : Kolaborasi Corak Nusantara dan Sepak Bola Lahirkan Batik Bola untuk Suporter Sejati
"Kelas gitar itu kan ada segmen-segmennya sendiri. Kalau bagi orang luar negeri mungkin enggak terasa bagi mereka karena sudah biasa dengan barang-barang seperti ini. Beda dengan target marketnya menengah ke bawah," kata Guruh.
Guruh terus berinovasi dalam segi model agar tidak menimbulkan kebosanan bagi kolektor atau pengguna. Ia juga mengaku terus mempertahankan kualitas dari gitar buatannya. Sebab, di era digital dan media sosial, kesalahan kecil bisa menjadi besar dan berdampak pada penjualan. (and)