SHARE
Home > News > Features > Kaset Band Bergeletakan Ketika Media Streaming Semakin Hits

Kaset Band Bergeletakan Ketika Media Streaming Semakin Hits

01 August 2018 12:48 WIB Music

Memang benar teknologi hadir untuk mempermudah kerja manusia bahkan mampu meminimalisir budget. Hal ini menjadi evolusi yang hampir menyeluruh ke tiap sudut, tidak hanya industri besar saja melainkan sudah menyentuh industri musik, enggak peduli Indie atau Major. Simple aja sih coba kita cek teman sebelah dengan pertanyaan “Loe kalo dengerin musik dimana sih?” Pasti jawabannya mengarah ke media streaming musik ketimbang rilisan fisik.

Segelintir orang berpangkat kolektor sibuk menyimpan kaset antik hingga usang karena sadar memiliki nilai karya yang tinggi, namun keadaan ini jomplang banget dengan keadaan masyarakat yang gemar ilegal download atau Bluetooth sharing bahkan enggak peduli kualitas audio. Gila! Tanpa kita sadari semua hal ini menjadi habit baru yang kemudian menjadi bumerang untuk pelaku industri musik yang ingin menjual karyanya. Sebentar, bukannya sebuah pilihan tidak bisa dipaksakan? Benar! Sebenarnya kebiasaan ini bertumbuh erat dengan perkembangan internet, sosial media serta pelaku pembajakan karya musisi melalui file sharing.

Keadaan ini memang tidak bisa dilawan, ibarat kata sebelum Slank Berjaya di tanah air pun kaset bajakan udah pada nyender di emperan jalanan. Mau enggak mau industri label musik menelan obat penenang bahkan mengevaluasi keadaan demi bisa bertahan hidup dalam kebiasaan baru atas nama musik digital. Jreng! Semua mulai ikut arus, terciptalah kerjasama industri label dengan industri musik digital, terus gimana soal penghasilan RBT yang miliaran?

Pada tahun 2006 RBT sukses memberikan makan kepada band Major sebesar 30%, Tingginya minat pelanggan seluler menggunakan fasilitas RBT menjadi berkah pula bagi operator telekomunikasi. Seperti diungkapkan Anyia Rumonda, GM Mobile Data Services Telkomsel, fitur ini menyumbang 2% terhadap total pendapatan Telkomsel. Total pelanggan aktif RBT Telkomsel rata-rata 3,3 juta, atau sekitar 10% dari total pelanggan Telkomsel yang mencapai 35 juta. Dan tren RBT dipastikan tutup buku pada tahun ini lagi-lagi karena keteranjingan fasilitas atau aplikasi musik digital yang lebih memanjakan penggunanya.

Dengan adanya gelombang baru bernyawa digital, kini nyawa kaset, CD masih berusaha bertahan dipasaran karena daya beli dari fans di ranah musik Indie sangat positif. Mereka bukan penikmat musik biasa yang hanya mendengarkan musiknya saja, semua juga bisa kalau cuma mendengarkan musik. Tetapi memiliki album berupa CD dan kaset adalah nilai tertinggi sebagai seorang penikmat musik sejati. Ada nilai yang terkandung dalam pita kaset dan hologram cd yaitu perjuangan, usaha keras yang bisa di genggam dari masa ke masa sampai bernilai harta di mata kolektor.

Sekarang semua perdebatan ini bergantung kepada seberapa jauh kita memahami proses dan memegang hasil proses tersebut. Tidak hanya kaset yang bergeletakan, toko kaset besar pun tutup massal enggak usah heran. Kita juga enggak tahu kalau masa depan akan menggerus nilai rilisan fisik semakin hilang. Di balik semua ini dibutuhkan kesadaran tingkat dewa untuk tidak menjadi striker-striker pengunggah file untuk disebar secara ilegal karena pembajakan serta aktifitas musik digital sangatlah bersebelahan. Pembajakan adalah kunci dari kebiasaan, aplikasi musik digital adalah media, apapun bisa diretas untuk mendapatkan sesuatu yang gratis. Disamping itu ada sesuatu yang memiliki nilai tertinggi yaitu kaset dan CD sebagai real rilisan fisik sebuah musik namun mati secara perlahan.


Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Features > Kaset Band Bergeletakan Ketika Media Streaming Semakin Hits

Kaset Band Bergeletakan Ketika Media Streaming Semakin Hits

01 August 2018 12:48 WIB
Music

Memang benar teknologi hadir untuk mempermudah kerja manusia bahkan mampu meminimalisir budget. Hal ini menjadi evolusi yang hampir menyeluruh ke tiap sudut, tidak hanya industri besar saja melainkan sudah menyentuh industri musik, enggak peduli Indie atau Major. Simple aja sih coba kita cek teman sebelah dengan pertanyaan “Loe kalo dengerin musik dimana sih?” Pasti jawabannya mengarah ke media streaming musik ketimbang rilisan fisik.

Segelintir orang berpangkat kolektor sibuk menyimpan kaset antik hingga usang karena sadar memiliki nilai karya yang tinggi, namun keadaan ini jomplang banget dengan keadaan masyarakat yang gemar ilegal download atau Bluetooth sharing bahkan enggak peduli kualitas audio. Gila! Tanpa kita sadari semua hal ini menjadi habit baru yang kemudian menjadi bumerang untuk pelaku industri musik yang ingin menjual karyanya. Sebentar, bukannya sebuah pilihan tidak bisa dipaksakan? Benar! Sebenarnya kebiasaan ini bertumbuh erat dengan perkembangan internet, sosial media serta pelaku pembajakan karya musisi melalui file sharing.

Keadaan ini memang tidak bisa dilawan, ibarat kata sebelum Slank Berjaya di tanah air pun kaset bajakan udah pada nyender di emperan jalanan. Mau enggak mau industri label musik menelan obat penenang bahkan mengevaluasi keadaan demi bisa bertahan hidup dalam kebiasaan baru atas nama musik digital. Jreng! Semua mulai ikut arus, terciptalah kerjasama industri label dengan industri musik digital, terus gimana soal penghasilan RBT yang miliaran?

Pada tahun 2006 RBT sukses memberikan makan kepada band Major sebesar 30%, Tingginya minat pelanggan seluler menggunakan fasilitas RBT menjadi berkah pula bagi operator telekomunikasi. Seperti diungkapkan Anyia Rumonda, GM Mobile Data Services Telkomsel, fitur ini menyumbang 2% terhadap total pendapatan Telkomsel. Total pelanggan aktif RBT Telkomsel rata-rata 3,3 juta, atau sekitar 10% dari total pelanggan Telkomsel yang mencapai 35 juta. Dan tren RBT dipastikan tutup buku pada tahun ini lagi-lagi karena keteranjingan fasilitas atau aplikasi musik digital yang lebih memanjakan penggunanya.

Dengan adanya gelombang baru bernyawa digital, kini nyawa kaset, CD masih berusaha bertahan dipasaran karena daya beli dari fans di ranah musik Indie sangat positif. Mereka bukan penikmat musik biasa yang hanya mendengarkan musiknya saja, semua juga bisa kalau cuma mendengarkan musik. Tetapi memiliki album berupa CD dan kaset adalah nilai tertinggi sebagai seorang penikmat musik sejati. Ada nilai yang terkandung dalam pita kaset dan hologram cd yaitu perjuangan, usaha keras yang bisa di genggam dari masa ke masa sampai bernilai harta di mata kolektor.

Sekarang semua perdebatan ini bergantung kepada seberapa jauh kita memahami proses dan memegang hasil proses tersebut. Tidak hanya kaset yang bergeletakan, toko kaset besar pun tutup massal enggak usah heran. Kita juga enggak tahu kalau masa depan akan menggerus nilai rilisan fisik semakin hilang. Di balik semua ini dibutuhkan kesadaran tingkat dewa untuk tidak menjadi striker-striker pengunggah file untuk disebar secara ilegal karena pembajakan serta aktifitas musik digital sangatlah bersebelahan. Pembajakan adalah kunci dari kebiasaan, aplikasi musik digital adalah media, apapun bisa diretas untuk mendapatkan sesuatu yang gratis. Disamping itu ada sesuatu yang memiliki nilai tertinggi yaitu kaset dan CD sebagai real rilisan fisik sebuah musik namun mati secara perlahan.

Baru Dibuka

Lumiere Kitchen & Wardrobe

Jl. Kp. Dongkol, Tangerang, Banten, 15320

Buka pukul 10:00 - 18:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!